Senin, 16 Agustus 2010

perjalanan seni keramik modern di indonesia

Sepanjang sejarah manusia, benda keramik merupakan hasil penciptaan perajin. Kualitas estetik kerajinan keramik ini terutama dapat dilihat pada Keramik Cina kuno, di mana bentuk, fungsi dan teknik bersatu dalam sebuah karya seni rupa. Pemakaian tanah liat sebagai media seni rupa bukan kekecualian. Di Indonesia, berabad-abad tanah liat disangka sebagai bahan yang dipakai melalui teknik sederhana untuk membuat alat dan barang yang dapat dipakai sehari-hari. Dalam lingkungan seni rupa modern Indonesia, seni rupa keramik tidak dapat berkembang dengan lancar. Bidang ini sangat baru dan oleh karena itu menimbulkan keraguan yang membuat para seniman mengambil langkah yang sangat hati-hati.
       
       Menurut sejarahnya perkembangan seni keramik di Indonesia secara garis besar dapat dibagi menjadi empat periode:

a.    Periode Eksplorasi, sebelum 1960
     Pada masa ini mahasiswa dari Bandung dan Yogyakarta mulai melakukan eksplorasi terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada pada keramik. Pola yang muncul pada masa itu di Bandung adalah hiasan-hiasan dengan pola figurative. Sementara mahasiswa Yogya melakukan eksplorasi terhadap sifat-sifat plastis tanah liat. Oleh karenanya hasil eksplorasinya bersifat  patung dengan mendasarkan pada bentuk-bentuk tradisional.

b.    Periode Akademis, 1963-1970
      Periode ini ditandai dengan pendirian sanggar keramik pada Fakultas Seni Rupa ITB. Tetapi karena keterbatasan sarana, banyak pengetahuan mahasiswa berhenti pada tataran teori. Hasil karya mahasiswa Bandung saat itu menunjukkan bentuk yang kuat dan jelas, tetapi mengesampingkan proses pengglasiran karena keterbatasan sarana. Sedangkan di Yogyakarta, seni keramik didekati dengan cara ilmu patung.

c.    Periode pertumbuhan, 1975-1980
      Pada masa ini seni keramik berkembang. Para seniman mendapat kesempatan untuk menimba ilmu dan pengetahun di luar negeri. Sarana dan prasarana juga relative tersedia. Pada masa ini terlihat perbedaan karya seni para seniman Bandung dan Yogyakarta. Para seniman Bandung menhasilkan bentuk seni dalam bentuk formal dan menekannkan komposisi secara sangat terencana. Sedangkan seniman Yogyakarta menghasilkan karya berdasar inspirasi dari lingkungan dan budaya sekitar untuk menghasilkan seni kontemporer. Yang jelas, pada masa ini, keramik telah diakui sebagai bentuk ekspresi seni.

d.    Periode munculnya seniman-perajin, 1985-sekarang
      Periode ini dimulai dengan adanya sanggar keramik di departemen kerajinan IKJ. Kurikulumnya mempersiapkan para mahasiswa untuk siap bekerja pada bidang kerajinan. Melihat adanya kesempatan ini, para seniman lulusan ITB ikut terjun pada bidang yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar